Jumat, 28 Februari 2014

“ILMU TANPA AGAMA BUTA, AGAMA TANPA ILMU LUMPUH”



TUGAS PERTEMUAN I
MATA KULIAH: FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Amos Neolaka

“ILMU TANPA AGAMA BUTA,
AGAMA TANPA ILMU LUMPUH”


Description: 1-3acf6b807f.jpg

Oleh: Yohannes Agatha Engel, ST.


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER –
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (S2 – PTK)
FAKULTAS TEKNIK – PPs – UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
“ILMU TANPA AGAMA BUTA, AGAMA TANPA ILMU LUMPUH.”

1.                  Pendahuluan
Sebuah pernyataan dikemukakan oleh Prof. Dr. Amos Neolaka dalam pengantar di pertemuan pertama pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang diampu olehnya. Mata kuliah ini diberikan pada Mahasiswa Program Pascasarjana Magister – Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (S2 – PTK) Fakultas Teknik – PPs – UNJ. Pernyataan itu kemudian diberikan kepada Mahasiswa untuk dijabarkan dalam bentuk tugas.
Pernyataan itu adalah ‘Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh’ yang dikemukakan oleh Albert Einstein, Fisikawan Jerman. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat ada dua hubungan yang selaras antara ilmu dan agama. Oleh karena itu, tugas ini dibuat untuk memaparkan pemahaman penulis setelah mengkaji pernyataan tersebut.
2.                  Pengertian Ilmu
Menurut Suriasumantri, 2010, Ilmu adalah pengetahuan yang kita peroleh sejak bangku sekolah dasar hingga pendidikan lanjut dan perguruan tinggi. Ilmu merupakan cabang dari pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Secara metodologis, ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dan sosial. Karena adanya permasalahan yang bersifat teknis maka ilmu kemudian dibagi kedalam pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah yaitu dalam ilmu alam dan ilmu sosial.
Hornby dalam Kusmayadi (2010), mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir yang berlandaskan pada observasi dan hasil pengujian. Kusmayadi pun mengutip arti ilmu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Terdapat dua pengertian namun dikutip hanya satu pengertian yaitu, ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara sistematis menurut metode tertentu dan digunakan untuk menerapkan gejala tertentu dari pengetahuan tersebut.
Neolaka, 2013, dalam kuliah Filsafat Ilmu mengatakan bahwa ilmu diperoleh dari melakukan kegiatan penelitian. Ilmu sendiri merupakan bagian dari pengetahuan yang diperoleh berdasarkan proses ilmiah.             Mempelajari ketiga pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan kegiatan penelitian yang terorganisir dari suatu obeservasi dan hasil pengujian sejak seseorang duduk di bangku sekolah dasar hingga lanjutan dan bahkan hingga ke perguruan tinggi, dengan tersusun secara sistematis menurut metode tertentu untuk diterapkan pada gejala dari pengetahuan tersebut.
3.                  Pengertian Agama
Menurut Einstein dalam Kusmayadi (2010), agama adalah suatu kegiatan mengagumi dengan roh yang rendah hati dan tidak terbatas luhurnya, dinyatakan dalam bagian kecil yang dapat disadari oleh akal. Sedangkan Guiderdoni dalam Effendy (2013), menyatakan bahwa agama adalah pesan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengenal dan mempersiapkan diri untuk menghadap Tuhan. Dari kedua pernyataan diatas maka agama adalah pesan yang diberikan Tuhan melalui kegiatan mengagumi dengan kerendahan hati, tidak terbatas luhurnya, dan disadari oleh akal agar manusia dapat mengenal dan mempersiapkan diri untuk menghadap Tuhan.
4.                  Pengertian Buta
Secara sederhana buta berarti mata yang tidak bisa melihat dengan baik dan benar. Menurut kutipan yang diambil dari www.artikata.com, buta adalah tidak dapat melihat atau tidak tahu/mengerti sedikit pun tentang sesuatu. Buta sendiri dapat diartikan tidak dapat melihat atau membedakan mana yang baik dan buruk ataupun benar dan salah.
5.                  Pengertian Lumpuh
Secara sederhana lumpuh berarti kaki yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya lagi. Menurut kutipan yang diambil dari www.artikata.com, lumpuh adalah lemah, tidak bertenaga, atau tidak dapat bergerak lagi. Lumpuh sendiri dapat diartikan tidak bisa berjalan dengan baik. Dimana antara satu bagian dengan bagian lainnya tidak lagi bisa berkomunikasi dengan baik. Secara fisik seperti fungsi kaki yang tidak bsia digerakkan meski otak terus memaksa untuk bergerak. Adanya ketidak-selarasan inilah yang disebut lumpuh.
6.                  Hubungan Ilmu dan Agama
Hubungan Ilmu dan Agama yang dikutip dalam www.amecume.tumblr.com, mengumpamakan bahwa agama dan ilmu adalah seperti jantung dan otak manusia. Kedua organ ini bekerja menurut fungsi kerjanya masing-masing sebagai organ tubuh manusia. Namun keduanya saling melengkapi dan mendukung satu sama lain untuk memproses kerja organ yang lain.
Karakteristik ilmu dan agama dijelaskan oleh Effendy, 2013, tidak harus selalu dilihat dari konteks yang saling berlawanan satu sama lain. Seperti jantung dan otak yang bersinergi dalam sistem kerja tubuh maka ilmu dan agama pun saling bersinergi dalam dunia pendidikan yang ada.  Sinergi ilmu dan agama akan membantu kehidupan manusia menjadi layak dan lebih bijak dalam menghadapi kehidupan.
Kusmayadi, 2010, menyatakan bahwa ilmu dan agama merupakan dua isntrumen yang penting bagi manusia untuk menata diri dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika hal itu sudah dapat tercapai maka manusia akan dapat memaknai tentang hidup ini. Keduanya diarahkan untuk mendorong manusia untuk mencari hidup yang benar.
Kusmayadi, 2010, menyimpulkan bahwa Ilmu dan agama adalah dua hal yang penting bagi manusia untuk menjalani hidup dengan baik, bermartabat, dan memberikan tuntunan, selaku pribadi dan makhluk Tuhan, untuk dapat berperilaku, bermasyarakat, berbangsa, bernegara secara benar. Ilmu dan Agama memiliki batasan jelas, tetapi diantara keduanya terdapat hubungan dan ketergantungan timbal balik yang sangat kuat.
Pada dasarnya agama itu menentukan tujuan, tetapi agama selalu belajar dari ilmu. Agama belajar tentang cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Sedangkan, Ilmu itu hanya dapat tercipta karena adanya ilham oleh aspirasi terhadap kebenaran dan pemahaman yang berasal dari perasaan yang tumbuh karena adanya agama.
7.                  Penjabaran Ilmu Tanpa Agama Buta
Suhardin menjelaskan bahwa ilmu adalah hasil dari sesuatu yang awalnya berupa pikiran. Hasil pemikiran itu banyak yang tidak dapat terlihat dan diukur. Sehingga ada beberapa hal didalam ilmu yang tidak bisa dikaji dan ditelaah oleh ilmu itu sendiri. Seperti apa yang akan terjadi nanti? Apa tanggapan orang akan dirinya? Beberapa hal itu hanya dapat dijangkau oleh agama.
Agama memberikan pencerahan terhadap ilmu, memberitahukan mana yang baik dan buruk ataupun benar dan salah. Ilmu memilki keterbatasan untuk berkutat pada hal-hal yang konkret, sedangkan agama menjangkau hal yang abstrak. Sehingga ada bagian dari ilmu yang tidak dapat terobservasi dan terukur seperti alam meta fisika dan alam akhirat. Untuk itulah agama ada melengkapi dan menyempurnakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu tanpa agama adalah buta. Karena ilmu hanya bisa meraba-raba tanpa dapat memastikan tentang beberapa hal yang tidak bisa terjangkau oleh ilmu itu sendiri.
Sehingga Kusmayadi, 2010, menyatakan bahwa Agama hadir untuk memberitahu ilmu akan keberadaan dan kehadiran Tuhan yang menciptakan ilmu itu sendiri kepada manusia. Agama memberi ruang untuk hal-hal apa saja yang tidak bisa dipecahkan oleh pemikiran manusia. Ilmu tanpa agama akan menjadi buta karena ilmu yang tidak disertai keimanan pada Tuhan akan berdampak bahaya untuk tidak bisa membedakan mana yang baik dan jahat.
8.                  Penjabaran Agama Tanpa Ilmu Lumpuh
Suhardin menegaskan bahwa agama adalah keyakinan untuk mencari kedekatan berupa penghambaan kepada Tuhan. Agama akan menjadi tumbuh subur apabila urat dan akarnya terus menjalar dan beroleh makanan taman pengetahuan dan ilmu. Agama akan mengalami kegersangan dan kurang komunikatif apabila tidak memiliki ilmu.
Ilmu dapat memperkuat pondasi keagamaan dan akan lebih efektif untuk memberi penguatan terhadap nilai dan ajaran agama. Ilmu berguna untuk mendukung dalam mencapai tujuan hidup yang direfleksikan. Oleh karena itu, agama tanpa ilmu akan lumpuh yaitu tidak memiliki kekuatan atau tidak berdaya.
9.                  Kesimpulan
9.1.            Ilmu tanpa agama buta berarti ilmu yang tidak disertai keimanan terhadap agama akan menjadi bahaya untuk tidak bisa membedakan mana yang baik dan jahat.
9.2.            Agama tanpa ilmu lumpuh artinya agama yang tidak didasarkan pada ilmu akan menjadi sia-sia.
10.              Referensi
Effendy, N. (2013). “Ilmu Tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh”.
Diambil dari: http://cherylabrahamson.blogspot.com/2013/08/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu.html?m=1
            Diambil Tanggal: 19 September 2013.
Kusmayadi, D.E. (2010). “Ilmu Tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh”.
Diambil dari: http://m.kompasiana.com/post/agama/2010/12/25/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu-lumpuh/
            Diambil Tanggal: 19 September 2013.
Suhardin. (tanpa tahun). “Ilmu Tanpa Agama Buta dan Agama Tanpa Ilmu Lumpuh”.
Diambil dari:
            Diambil Tanggal: 20 September 2013
Suriasumantri, J.S. (2009). “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

-M-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar