TUGAS PERTEMUAN
I
MATA KULIAH: FILSAFAT
ILMU
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Amos Neolaka
“ILMU TANPA
AGAMA BUTA,
AGAMA TANPA ILMU
LUMPUH”
Oleh: Yohannes
Agatha Engel, ST.
PROGRAM
PASCASARJANA MAGISTER –
PENDIDIKAN
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (S2 – PTK)
FAKULTAS
TEKNIK – PPs – UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
“ILMU TANPA
AGAMA BUTA, AGAMA TANPA ILMU LUMPUH.”
1.
Pendahuluan
Sebuah
pernyataan dikemukakan oleh Prof. Dr. Amos Neolaka dalam pengantar di pertemuan
pertama pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang diampu olehnya. Mata kuliah ini
diberikan pada Mahasiswa Program Pascasarjana Magister – Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan (S2 – PTK) Fakultas Teknik – PPs – UNJ. Pernyataan itu kemudian
diberikan kepada Mahasiswa untuk dijabarkan dalam bentuk tugas.
Pernyataan
itu adalah ‘Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh’ yang dikemukakan
oleh Albert Einstein, Fisikawan Jerman. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat
ada dua hubungan yang selaras antara ilmu dan agama. Oleh karena itu, tugas ini
dibuat untuk memaparkan pemahaman penulis setelah mengkaji pernyataan tersebut.
2.
Pengertian
Ilmu
Menurut
Suriasumantri, 2010, Ilmu adalah pengetahuan yang kita peroleh sejak bangku
sekolah dasar hingga pendidikan lanjut dan perguruan tinggi. Ilmu merupakan
cabang dari pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Secara metodologis,
ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dan sosial. Karena adanya permasalahan
yang bersifat teknis maka ilmu kemudian dibagi kedalam pembatasan masing-masing
bidang yang ditelaah yaitu dalam ilmu alam dan ilmu sosial.
Hornby
dalam Kusmayadi (2010), mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
terorganisir yang berlandaskan pada observasi dan hasil pengujian. Kusmayadi
pun mengutip arti ilmu dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Terdapat dua
pengertian namun dikutip hanya satu pengertian yaitu, ilmu diartikan sebagai
suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara sistematis menurut
metode tertentu dan digunakan untuk menerapkan gejala tertentu dari pengetahuan
tersebut.
Neolaka,
2013, dalam kuliah Filsafat Ilmu mengatakan bahwa ilmu diperoleh dari melakukan
kegiatan penelitian. Ilmu sendiri merupakan bagian dari pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan proses ilmiah. Mempelajari
ketiga pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa Ilmu adalah pengetahuan
yang diperoleh berdasarkan kegiatan penelitian yang terorganisir dari suatu
obeservasi dan hasil pengujian sejak seseorang duduk di bangku sekolah dasar
hingga lanjutan dan bahkan hingga ke perguruan tinggi, dengan tersusun secara
sistematis menurut metode tertentu untuk diterapkan pada gejala dari
pengetahuan tersebut.
3.
Pengertian
Agama
Menurut
Einstein dalam Kusmayadi (2010), agama adalah suatu kegiatan mengagumi dengan
roh yang rendah hati dan tidak terbatas luhurnya, dinyatakan dalam bagian kecil
yang dapat disadari oleh akal. Sedangkan Guiderdoni dalam Effendy (2013), menyatakan
bahwa agama adalah pesan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengenal
dan mempersiapkan diri untuk menghadap Tuhan. Dari kedua pernyataan diatas maka
agama adalah pesan yang diberikan Tuhan melalui kegiatan mengagumi dengan
kerendahan hati, tidak terbatas luhurnya, dan disadari oleh akal agar manusia
dapat mengenal dan mempersiapkan diri untuk menghadap Tuhan.
4.
Pengertian
Buta
Secara
sederhana buta berarti mata yang tidak bisa melihat dengan baik dan benar.
Menurut kutipan yang diambil dari www.artikata.com, buta adalah tidak
dapat melihat atau tidak tahu/mengerti sedikit pun tentang sesuatu. Buta
sendiri dapat diartikan tidak dapat melihat atau membedakan mana yang baik dan
buruk ataupun benar dan salah.
5.
Pengertian
Lumpuh
Secara
sederhana lumpuh berarti kaki yang tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya
lagi. Menurut kutipan yang diambil dari www.artikata.com, lumpuh adalah lemah,
tidak bertenaga, atau tidak dapat bergerak lagi. Lumpuh sendiri dapat diartikan
tidak bisa berjalan dengan baik. Dimana antara satu bagian dengan bagian
lainnya tidak lagi bisa berkomunikasi dengan baik. Secara fisik seperti fungsi
kaki yang tidak bsia digerakkan meski otak terus memaksa untuk bergerak. Adanya
ketidak-selarasan inilah yang disebut lumpuh.
6.
Hubungan
Ilmu dan Agama
Hubungan
Ilmu dan Agama yang dikutip dalam www.amecume.tumblr.com, mengumpamakan
bahwa agama dan ilmu adalah seperti jantung dan otak manusia. Kedua organ ini
bekerja menurut fungsi kerjanya masing-masing sebagai organ tubuh manusia.
Namun keduanya saling melengkapi dan mendukung satu sama lain untuk memproses
kerja organ yang lain.
Karakteristik
ilmu dan agama dijelaskan oleh Effendy, 2013, tidak harus selalu dilihat dari
konteks yang saling berlawanan satu sama lain. Seperti jantung dan otak yang
bersinergi dalam sistem kerja tubuh maka ilmu dan agama pun saling bersinergi
dalam dunia pendidikan yang ada. Sinergi
ilmu dan agama akan membantu kehidupan manusia menjadi layak dan lebih bijak
dalam menghadapi kehidupan.
Kusmayadi,
2010, menyatakan bahwa ilmu dan agama merupakan dua isntrumen yang penting bagi
manusia untuk menata diri dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Jika hal itu sudah dapat tercapai maka manusia akan
dapat memaknai tentang hidup ini. Keduanya diarahkan untuk mendorong manusia
untuk mencari hidup yang benar.
Kusmayadi, 2010, menyimpulkan bahwa Ilmu
dan agama adalah dua hal yang penting bagi manusia untuk menjalani hidup dengan
baik, bermartabat, dan memberikan tuntunan, selaku pribadi dan makhluk Tuhan,
untuk dapat berperilaku, bermasyarakat, berbangsa, bernegara secara benar. Ilmu
dan Agama memiliki batasan jelas, tetapi diantara keduanya terdapat hubungan
dan ketergantungan timbal balik yang sangat kuat.
Pada dasarnya agama itu menentukan
tujuan, tetapi agama selalu belajar dari ilmu. Agama belajar tentang cara-cara
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Sedangkan, Ilmu itu hanya
dapat tercipta karena adanya ilham oleh aspirasi terhadap kebenaran dan
pemahaman yang berasal dari perasaan yang tumbuh karena adanya agama.
7.
Penjabaran
Ilmu Tanpa Agama Buta
Suhardin
menjelaskan bahwa ilmu adalah hasil dari sesuatu yang awalnya berupa pikiran.
Hasil pemikiran itu banyak yang tidak dapat terlihat dan diukur. Sehingga ada
beberapa hal didalam ilmu yang tidak bisa dikaji dan ditelaah oleh ilmu itu
sendiri. Seperti apa yang akan terjadi nanti? Apa tanggapan orang akan dirinya?
Beberapa hal itu hanya dapat dijangkau oleh agama.
Agama
memberikan pencerahan terhadap ilmu, memberitahukan mana yang baik dan buruk
ataupun benar dan salah. Ilmu memilki keterbatasan untuk berkutat pada hal-hal
yang konkret, sedangkan agama menjangkau hal yang abstrak. Sehingga ada bagian
dari ilmu yang tidak dapat terobservasi dan terukur seperti alam meta fisika
dan alam akhirat. Untuk itulah agama ada melengkapi dan menyempurnakan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ilmu tanpa agama adalah buta. Karena ilmu hanya
bisa meraba-raba tanpa dapat memastikan tentang beberapa hal yang tidak bisa terjangkau
oleh ilmu itu sendiri.
Sehingga
Kusmayadi, 2010, menyatakan bahwa Agama hadir untuk memberitahu ilmu akan
keberadaan dan kehadiran Tuhan yang menciptakan ilmu itu sendiri kepada
manusia. Agama memberi ruang untuk hal-hal apa saja yang tidak bisa dipecahkan
oleh pemikiran manusia. Ilmu tanpa agama akan menjadi buta karena ilmu yang
tidak disertai keimanan pada Tuhan akan berdampak bahaya untuk tidak bisa
membedakan mana yang baik dan jahat.
8.
Penjabaran
Agama Tanpa Ilmu Lumpuh
Suhardin
menegaskan bahwa agama adalah keyakinan untuk mencari kedekatan berupa
penghambaan kepada Tuhan. Agama akan menjadi tumbuh subur apabila urat dan
akarnya terus menjalar dan beroleh makanan taman pengetahuan dan ilmu. Agama
akan mengalami kegersangan dan kurang komunikatif apabila tidak memiliki ilmu.
Ilmu
dapat memperkuat pondasi keagamaan dan akan lebih efektif untuk memberi
penguatan terhadap nilai dan ajaran agama. Ilmu berguna untuk mendukung dalam
mencapai tujuan hidup yang direfleksikan. Oleh karena itu, agama tanpa ilmu
akan lumpuh yaitu tidak memiliki kekuatan atau tidak berdaya.
9.
Kesimpulan
9.1.
Ilmu tanpa agama buta berarti ilmu yang
tidak disertai keimanan terhadap agama akan menjadi bahaya untuk tidak bisa
membedakan mana yang baik dan jahat.
9.2.
Agama tanpa ilmu lumpuh artinya agama
yang tidak didasarkan pada ilmu akan menjadi sia-sia.
10.
Referensi
Effendy, N. (2013). “Ilmu Tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh”.
Diambil
dari: http://cherylabrahamson.blogspot.com/2013/08/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu.html?m=1
Diambil
Tanggal: 19 September 2013.
Kusmayadi, D.E. (2010). “Ilmu Tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh”.
Diambil
dari: http://m.kompasiana.com/post/agama/2010/12/25/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu-lumpuh/
Diambil
Tanggal: 19 September 2013.
Suhardin. (tanpa tahun). “Ilmu Tanpa Agama Buta dan Agama Tanpa Ilmu Lumpuh”.
Diambil
dari:
Diambil
Tanggal: 20 September 2013
Suriasumantri, J.S. (2009). “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
-M-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar