Senin, 01 Juli 2013

FLIGHT INSTRUMENT 1





1.      Materi Pokok
Flight Instrument
 


Gambar 1. Flight Instruments dalam Pesawat Terbang

2.      Uraian Materi 
Pendahuluan 
Ada 2 (jenis) penerbangan yaitu Visual Flight Rules (VFR) dan Instrument Flight Rules (IFR). VFR yaitu penerbangan yang bergantung pada kemampuan Pilot dengan melihat dan menghindari prosedur atau melakukan Dead Reckoning. Dead Reckoning adalah proses memperkirakan posisi pesawat terbang dengan menempatkan posisi berdasarkan kecepatan, waktu, dan jarak yang harus ditempuh. Istilah ini digunakan pada Navigasi Maritim dan mengacu pada mengitung posisi yang relatif terhadap suatu bidang yang statis didalam air.
Pesawat terbang mula-mula menggunakan instrument penerbangan yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sehingga penerbangan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca buruk, jika dipaksakan untuk melakukan penerbangan maka itu sangat beresiko dan berbahaya. Penentuan arah, ketinggian, dan kemiringan pesawat berbelok ke arah mana ditentukan pada kemampuan penginderaan dan perkiraan Pilot menggunakan penandaan dan Dead Reckoning. Seperti yang dilakukan oleh Pesawat Terbang yang digunakan untuk mengantar surat melalui udara pada malam hari dan dalam segala cuaca. Pilot tersebut melakukan Dead Reckoning hingga harus melihat keluar kokpit melalui Windshield.
Sedangkan, IFR yaitu penerbangan yang bergantung pada Pilot dan Air Traffic Controller (ATC), dengan menggunakan instrumen penerbangan untuk membantu Pilot mengetahui kondisi, rute pesawat, atau kondisi cuaca. Tahun 1920 baru dikembangkan Instrumen baru untuk pesawat terbang. Instrumen baru tersebut dibuat untuk menampilkan informasi dan mengontrol orientasi pesawat selama penerbangan. Tanggal 24 September 1929, penerbangan buta pertama dilakukan oleh Jimmy Doolittle menggunakan instrument penerbangan yang ada tanpa lagi melakukan Dead Reckoning dan melihat keluar kokpit.
Instrumen penerbangan pertama yang digunakan oleh Jimmy Doolittle adalah : (1) Visual Radio Direction Finder, instrument ini menggunakan sistem getaran untuk mengarahkan Pesawat, semakin dekat Pesawat dengan penanda Beacon maka semakin intens/sering getaran yang timbul; (2) Altitute Indicator atau Artificial Horizon, instrumen ini menunjukkan orientasi pesawat terbang dalam kaitannya dengan permukaan tanah, bagaimana sayap pada posisi miring, apakah posisi hidung pesawat nampak ke atas (nose up), bawah (nose down), dan rata atau setingkat (nose level); dan (3) Barometrik Altimeter, menunjukkan seberapa jauh pesawat di atas permukaan tanah, dengan sensitifitas mencatat waktu dan jarak.
Penggunaan instrumen sebagai bantuan didalam penerbangan ini memungkinkan pilot untuk mengoperasikan pesawat dengan lebih tepat, sehingga performa maksimal dan keamanan dapat ditingkatkan. Hal ini terutama berlaku ketika terbang dengan jarak yang lebih besar/jauh. Meskipun Produsen Instrumen Penerbangan telah membuat dan mengembangkan instrumen penerbangan yang diperlukan dengan baik, namun pilot tetap bertanggung jawab untuk mengetahui bagaimana instrumen penerbangan tersebut beroperasi sehingga mereka dapat digunakan secara efektif. (Reilly Burke, 2005). Dalam rangka keamanan untuk pesawat terbang apapun, pilot harus memahami bagaimana mengerti dan mengoperasikan instrumen penerbangan. Pilot juga harus mampu mengenali kesalahan yang terjadi dan malfungsi dari instrumen tersebut. Ketika pilot dapat memahami bagaimana masing-masing instrumen bekerja dan ketika rusak, ia dapat dengan aman menggunakan potensi instrumen yang ada dengan sepenuhnya. (FAA Handbook – Flight Instruments).
Oleh karena itu Instrumen Penerbangan sangatlah diperlukan dan memiliki peran penting didalam penerbangan. Instrumen penerbangan lebih populer dikenal dengan Flight Instruments. Flight Instruments (dalam FAA Handbook – Aviaton … Volume 2), adalah Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengendalikan Flight Attitude dari Pesawat Terbang. Secara garis besar ada 6 (enam) instrument dasar yang termasuk dalam Flight Instrument, yaitu: (1) Altimeter yang menampilkan altitude Pesawat Terbang, (2) Airspeed Indicator, (3) Magnetik Direction Indicator atau Heading Indicator, suatu bentuk lain dari kompas, (4) Artificial Horizon, (5) Turn Coordinator, dan (6) Vertical Speed Indikator. Flight Instruments ini banyak ditemukan di sebagian besar pesawat. Banyak variasi dari instrumen-instrumen tersebut dan tidak dijelaskan dalam Modul ini, anda dapat mencarinya sendiri melalui Web-Search.
Selama bertahun-tahun, Flight Instrument dasar tersebut diletakkan dengan posisi yang selalu sama pada panel instrument di sebagian besar pesawat yaitu menggunakan Pengaturan Dasar T. Secara detail dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaturan Dasar T untuk peletakkan Flight Instruments

Flight Instrument analog asli dioperasikan oleh tekanan udara dan menggunakan sistem giroskopik. Hal ini untuk menghindari penggunaan listrik, yang bisa menempatkan pesawat dalam keadaan berbahaya kehilangan daya listrik. Pengembangan penginderaan (sudut pandang) dan teknik display, dikombinasikan dengan sistem listrik pesawat yang lebih canggih, telah memungkinkan untuk sistem instrumen primer dan sekunder yang dapat diandalkan, yang dioperasikan secara elektrik. Meskipun demikian, masih sering ditemukan Altimeter, Artificial Horizon, dan Magnetic Direction Indicator dipertahankan pada suatu tempat di panel instrumen untuk redundansi/sesuatu yang dapat diprediksi.

Daftar Rujukan

Burke, R. (2005). Chapter 3 – Flight Instruments.
Diambil dari:
Diambil Tanggal: 13 Juni 2013.
Engel, Y.A., ST. (2013). RPP “11. Memahami Dasar Instrumen Pesawat Udara”. Jakarta: PPGT-SMK Kolaboratif, Universitas Negeri Jakarta.
FAA Handbook. (2012). Aviation Maintenance Technician Handbook – Airframe Volume 2. U.S. Departement of Transportation FAA Flight Standards Service.
Diberikan saat: Mata Kuliah “Sistem Pesawat Udara”
Diberikan pada: Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) – SMK Kolaboratif STPI – UNJ, Curug, 2013.
FAA Handbook. (Tanpa Tahun). Flight Instruments.
Diambil dari:
Diambil Tanggal: 13 Juni 2013.
Susantoputri, M.K. (2013).  Laporan Magang SMA Kristen KANAAN Tangerang. Jakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Krida Wacana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar