Mempelajari Pesawat Terbang adalah sesuatu yang baru didalam dunia saya. Seperti mempelajari hati kekasih saya, begitu pula mempelajari pesawat terbang, rumit tapi asyik. Setelah mempelajari Pesawat Terbang, kali ini Fisika menjadi sesuatu yang menarik dalam hidup saya. Blog ini akan memuat tentang pendidikan kejuruan Teknologi Penerbangan, Fisika, dan beberapa bahasan serta tugas didalam bidang pendidikan.
Sabtu, 01 Maret 2014
Jumat, 28 Februari 2014
“RESUME MATERI PERKULIAHAN: METODE ILMIAH”
MATA KULIAH: METODOLOGI
PENELITIAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Basuki Wibawa
“RESUME MATERI
PERKULIAHAN: METODE ILMIAH”
Oleh: Yohannes
Agatha Engel, ST.
PROGRAM
PASCASARJANA MAGISTER –
PENDIDIKAN
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (S2 – PTK)
FAKULTAS
TEKNIK – PPs – UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
“RESUME MATERI
PERKULIAHAN: METODE ILMIAH.”
1.
Pendahuluan
Sebuah
penjelasan mengenai metode ilmiah dikemukakan oleh Prof. Dr. Basuki Wibawa
dalam materi perkuliahan di pertemuan kedua pada Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan yang diampu olehnya. Mata kuliah ini diberikan pada
Mahasiswa Program Pascasarjana Magister – Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (S2
– PTK) Fakultas Teknik – PPs – UNJ. Penjelasan itu kemudian diberikan kepada
Mahasiswa untuk diringkas/resume dalam bentuk tugas.
Resume
ini adalah mengenai Metode Ilmiah. Tujuan materi perkuliahan ini adalah
mahasiswa diharapkan untuk: (1). Menerangkan konsep dasar filsafat ilmu; (2).
Menerangkan konsep dasar metode penelitian pendidikan; (3). Mengidentifikasi
ranah penelitian pendidikan; (4). Menerangkan perbedaan diantara penelitian
terapan dan dasar; (5). Menerangkan penelitian kuantitatif dan kualitatif; dan
(6). Menerangkan karakteristik dari penelitian kuantitatif dan kualitatif. Oleh
karena itu, tugas ini dibuat untuk memaparkan pemahaman penulis dalam bentuk
ringkasan materi tersebut.
2.
Konsep
Dasar Filsafat Ilmu
Filsafat
berasal dari kata bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri dari dua kata,
philos dan Sophia. Philos adalah cinta atau dapat dikatakan sebagai philia yang
ebrarti persahabatan atau ketertarikan kepada. Sedangkan, Sophia berarti
hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, atau
inteligensi. Sehingga filsafat menurut Prof. Dr. Amos Neolaka dalam kuliah
Filsafat Ilmu, adalah berpikir tentang cinta kepada kebijaksanaan untuk
mengolah data indrawi menjadi pengertian, atau proses mencari makna.
Ilmu
menurut Suriasumantri (2010) adalah pengetahuan yang dapat kita peroleh sejak
bangku dasar sampai pendidikan lanjut dan bahkan perguruan tinggi. Dalam kuliah
Filsafat Ilmu, Prof. Dr. Amos Neolaka mengatakan bahwa ilmu diperoleh dari
adanya kegiatan penelitian dan merupakan bagian dari pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan proses ilmiah. Sehingga ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang
diperoleh sejak bangku dasar sampai pendidikan lanjut dan perguruan tinggi,
berdasarkan proses ilmiah dalam kegiatan penelitian.
Oleh
karena itu, filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah. Selain itu, filsafat ilmu merupakan dasar
yang menjiwai dinamika proses kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara
ilmiah. Untuk itu perlu diperjelas bahwa filsafat ilmu bukan tentang etika. Tetapi
menjadi landasan yang harus dipahami oleh Peneliti untuk digunakan dalam proses
penelitian.
3.
Konsep
Dasar Metode Penelitian Pendidikan
Penelitian
menurut Rahmawati, merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang
benar tentang masalah. Pengetahuan yang diperoleh dengan benar itu berupa
fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang memungkinkan untuk dapat dipahami
tentang fenomena dan pemecahan dari masalah yang ada. Cara untuk memperoleh
pengetahuan tersebut adalah dengan pengalaman pribadi, penalaran deduktif dan
induktif. Penalaran deduktif dimulai dari hal yang bersifat umum menuju khusus.
Sebaliknya, penalaran induktif dimulai dari hal yang bersifat khusus menuju
umum. Hal bersifat umum bisa berupa kesimpulan umum dan yang khusus biasanya
berupa fakta konkrit.
Dalam
pelaksanaan penelitian maka akan menggunakan metodologi penelitian. Menurut
Rahmawati, Metodologi penelitian adalah kajian tentang cara berpikir dan teknik
dari metode tertentu untuk digunakan dalam penelitian sehingga berjalan dengan
baik dan benar. Dalam penelitian ilmiah akan digunakan metode ilmiah. Penelitian
ilmiah adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data dengan sistematis dan
logis untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan, metode ilmiah merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis agar
mendapatkan pengetahuan ilmiah.
Tujuan
utama penelitian ilmiah adalah: (1). Mendeskripsikan suatu hubungan terhadap
suatu gejala atau fenomena tertentu; (2). Membuat sejumlah prediksi terhadap suatu
gejala berdasarkan temua-temuan empiric; (3). Menemukan produk atau metode yang
lebih efektif untuk perbaikan pendidikan; (4). Membandingkan keefektifan satu
atau lebih suatu intervensi; dan (5). Menemukan penjelasan yang lebih
komprehensif terhadap suatu gejala.
Cara
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah itu adalah dengan rasio dan pengalaman. Pemecahan
masalah yang digunakan dalam metode ilmiah menggunakan cara berpikir deduktif
dan induktif. Cara berpikir deduktif memberikan penjelasan yang rasional dengan
azas konsistensi atau koherensi sehingga belum memberikan jawaban yang bersifat
akhir. Kesimpulan dari penerapan cara berpikir ini hanya didasarkan pada
argumentasi rasional yang bersifat sementara dan disebut dengan Hipotesis.
Sedangkan cara berpikir induktif dengan azas korespondensi yaitu bahwa suatu
pernyataan dianggap benar apabila materi didalamnya bersesuaian dengan objek
factual yang dituju. Adanya fakta yang empiris akan semakin mendukung
pernyataan tersebut. Proses yang terjadi pada cara berpikir ini disebut proses
logica hypothetica verikatif.
4.
Identifikasi
Ranah Penelitian Pendidikan
Ranah
penelitian pendidikan adalah adanya masalah yang ditemui dalam dunia pendidikan
yang dapat dipecahkan dengan metode ilmiah. Masalah penelitian berupa masalah
pendidikan, kesenjangan, kontroversi, atau kecemasan yang memandu dan
mengarahkan pada kebutuhan untuk dilakukannya penelitian. Ciri-ciri masalah
yang baik bersifat Value, layak dan memenuhi kualifikasi.
Masalah
yang ditemukan harus memiliki sumber masalah yang jelas dan terukur. Setelah
itu maka penelitian dapat dilakukan dengan menerapkan sesuai dengan
langkah-langkah pengajuan masalah. Selain itu, dalam penelitian pun harus
ditetapkan variable yang akan diteliti.
Langkah-langkah pengajuan dilakukan sesuai dengan penalaran penelitian
yang digunakan. Ada dua penalaran penelitian yang dilakukan dalam penelitian
pendidikan, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif.
5.
Perbedaan
antara Penelitian Terapan dan Dasar
Menurut
Djunaedi, 2000, penelitian dasar (basic
research) adalah penelitian yang mengembangkan ilmu-ilmu dasar seperti
Matematika, Fisika, Kimia, Geofisika, Biologi, dan Geografi. Bahkan
Suriasumantri (1978) dalam Djunaedi (2000) menyatakan bahwa penelitian dasar
adalah penelitian murni yaitu penelitian yang berkaitan dengan ilmu murni.
Sedangkan, penelitian terapan (applied
research) adalah penelitian yang mengembangkan ilmu-ilmu terapan seperti
Ilmu Teknik, Kedokteran, atau Teknologi Pertanian.
6.
Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif
Penelitian
kuantitatif diasosiasikan dengann pendekatan cara berpikir yang deduktif, yaitu
dimulai dengan membuat pernyataan umum, mencari bukti yang spesifik untuk
mendukung ataupun menolak pernyataan tersebut. Penelitian kuantitatif adalah
hipotesis dan metode pengumpulan data telah ditetapkan sebelum penelitian
dimulai. Kemudian hipotesi atau teori itu akan diuji bersamaan dengan didukung
data empiris. Hipotesis ini akan digeneralisasikan yang artinya dapat
diaplikasikan pada situasi dan populasi yang representative pada konteks yang
lain.
Penelitian
kualitatif diasosiasikan dengan pendekatan cara berpikir yang induktif.
Penelitian kualitatif adalah mengumpulkan dan merangkum data menggunakan metode
naratif atau verbal berupa observasi, wawancara, dan analisis dokumen.
Kemudian, akan digunakan teori setelah pengumpulan data untuk mendukung
deskripsi pola-pola yang diamati.
7.
Karakteristik
Kuantitatif dan Kualitatif
Ciri
utama penelitian kuantitatif adalah informasi dan analisis data menggunakan
angka-angka. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian yang mengukur variable, menilai dampak dari variable tersebut,
menguji teori atau penjelasan yang luas, dan menerapkan hasil ke sejumlah besar
orang atau populasi yang representative. Contoh penelitian kuantitatif berupa
penelitian komparatif seperti eksperimen dan ex post facto, dan penelitian
asosiatif berupa korelasional dan kausal.
Ciri
utama penelitian kualitatif adalah pemahaman penuh terhadap fenomena ditentukan
oleh konteks. Penelitian kualitatif digunakan untuk memecahkan masalah
penelitian untuk belajar tentang pandangan individu, menilai proses dari waktu
ke waktu, menghasilkan teori tentang perspektif individu, dan memperoleh
informasi rinci tentang beberapa individu atau situs penelitian. Contoh
penelitian kualitatif berupa etnografi, grounded teori, analisis isi, dan
sejarah.
Dalam
prosesnya masing-masing penelitian memiliki prosedur pengajuan masalah yang
berbeda. Prosedur pengajuan masalah penelitian kuantitatif sebagai berikut:
Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan
Masalah, dan Kegunaan Hasil Penelitian. Prosedur pengajuan masalah penelitian
kualitatif adalah: Latar Belakang Masalah, Fokus dan Sub Fokus Penelitian,
Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, dan
Evaluasi dan Kebijakan.
8.
Kesimpulan
8.1.
Filsafat ilmu adalah bagian dari
filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau
pengetahuan ilmiah.
8.2.
Penelitian ilmiah adalah suatu proses
pengumpulan dan analisis data dengan sistematis dan logis untuk mencapai tujuan
tertentu.
8.3.
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur
atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis agar mendapatkan
pengetahuan ilmiah.
8.4.
Pemecahan masalah yang digunakan dalam
metode ilmiah menggunakan cara berpikir deduktif dan induktif.
8.5.
Masalah penelitian berupa masalah
pendidikan, kesenjangan, kontroversi, atau kecemasan yang memandu dan
mengarahkan pada kebutuhan untuk dilakukannya penelitian.
8.6.
Ada dua penalaran penelitian yang dilakukan
dalam penelitian pendidikan, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif.
8.7.
Penelitian dasar (basic research) adalah penelitian yang mengembangkan ilmu-ilmu
dasar seperti Matematika, Fisika, Kimia, Geofisika, Biologi, dan Geografi.
8.8.
Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang mengembangkan ilmu-ilmu
terapan seperti Ilmu Teknik, Kedokteran, atau Teknologi Pertanian.
8.9.
Penelitian kuantitatif diasosiasikan
dengann pendekatan cara berpikir yang deduktif.
8.10.
Penelitian kualitatif diasosiasikan
dengan pendekatan cara berpikir yang induktif.
8.11.
Ciri utama penelitian kuantitatif adalah
informasi dan analisis data menggunakan angka-angka.
8.12.
Ciri utama penelitian kualitatif adalah
pemahaman penuh terhadap fenomena ditentukan oleh konteks.
9.
Referensi
Djunaedi, A. (2000). “Ragam Penelitian”.
Diambil
dari:
Diambil
Tanggal 26 September 2013.
Rahmawati, T., M.Pd. “Konsep Dasar Penelitian Pendidikan”.
Diambil
dari:
Diambil
Tanggal 25 September 2013.
Suriasumantri, J.S. (2009). “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
-M-
“ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA OLEH ADE YUSMAN”
TUGAS PERTEMUAN
II
MATA KULIAH:
ORIENTASI BARU
DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Dr.
Bambang, D.P., M.Pd.
“ANALISIS HASIL PENELITIAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA OLEH ADE
YUSMAN”
Oleh: Yohannes
Agatha Engel, ST.
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER –
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN (S2 – PTK)
FAKULTAS TEKNIK – PPs – UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
“ANALISIS HASIL
PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
OLEH ADE YUSMAN”
I.
Pengantar
Analisis
ini dilakukan oleh penulis pada hasil penelitian yang telah disusun oleh Yusman
(2010) dengan Judul Penelitian: “Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pokok
Bahasan Gerak (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMK Bakti Idhata Cilandak,
Jakarta Selatan)”. Penelitian yang dilakukan oleh Yusman (2010) ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Analisis ini sendiri dilakukan penulis untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah: Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan yang diampu oleh Dr. Bambang
D.P., M.Pd.
Sistematika
penulisan pada penelelitian ini merujuk pada penelitian kuasi eksperimen. Dalam
materi kuliah: Proses Penelitian Pendidikan yang disampaikan oleh Prof. Dr.
Basuki Wibawa (dalam mata kuliah Metodologi Penelitian), penelitian eksperimen
termasuk dalam penelitian komparatif yang merupakan salah satu penelitian yang
merujuk pada penelitian kuantitatif.
Pada
Bab I ada enam (6) sub-bab yang menjadi pendahuluan daripada penelitian ini.
Sub-bab tersebut adalah: Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat Penelitian.
Pada
Bab II mengenai Deskripsi Teoritis, Kerangka Pikir, dan Hipotesis ada empat (4)
sub-bab, yaitu: Deskripsi Teoritis, Penelitian Yang Relevan, Kerangka Pikir,
dan Perumusan Hipotesis.
Pada
Bab III berupa Metodologi Penelitian yang meliputi: Metode Penelitian, Waktu
dan Tempat Penelitian, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, dan Teknik Analisa
Data.
Pada
Bab IV berupa Hasil dan Pembahasan, antara lain: Hasil Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol, Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Hasil Kontrol,
Rekapitulasi, Pengujian Persyaratan Analisisi Data, Hasil Observasi, dan
Penambahan Hasil Penelitian.
Pada
Bab V memuat tentang Penutup berupa Kesimpulan dan Saran
Analisis
ini dibatasi pada pembahasan tentang penelitian yang dilakukan oleh Yusman
(2010) menggunakan model pembelajaran inkuiri tanpa membahas materi yang
diajarkan atau yang diujikan dalam penelitian ini serta model atau metode lain
yang dijabarkan.
II.
Analisis
Pendahuluan
Latar
belakang penelitian yang dilakukan oleh Ade Yusman, S.Pd., ini didasarkan pada
sebuah permasalahan yang terjadi pada siswa-siswi (khususnya SMK Bakti Idhata)
yang sangat sulit dalam memahami mata pelajaran Fisika. Untuk itu, Yusman
(2010) menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan suatu
model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk mempelajari Fisika.
Yusman, 2010, menegaskan pula bahwa model pembelajaran yang digunakan haruslah
sesuai dengan tujuan serta jenis materi yang diajarkan. Dalam hal ini, Yusman
(2010) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri sangat tepat digunakan dalam
permasalahan seperti ini.
Melihat
latar belakang permasalahan maka menurut Yusman ditemukan lima (5) Identifikasi
masalah, yaitu:
1.
Adanya pendapat dari siswa yang
beranggapan bahwa materi fisika merupakan materi yang sulit dipelajari.
2.
Model pembelajaran yang dilakukan oleh
guru pada umumnya hanya berupa ceramah.
3.
Guru terlihat sulit dalam memilih model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan serta jenis materi yang
diajarkan.
4.
Guru belum mampu menciptakan proses
pembelajaran dengan suasana yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa
menjadi bosan dan kurang termotivasi.
5.
Proses pembelajaran fisika hanya
menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum melalui penyampaian materi semata
sehingga hasil belajar siswa rendah.
Agar
Penelitian berjalan dengan baik maka Yusman (2010) melakukan pembatasan masalah
pada penelitian ini yang dibatasi oleh tiga (3) hal, yaitu: (1). Pembahasan
model pembelajaran inkuiri hanya pada mata pelajaran fisika dengan pokok
bahasan tentang gerak; (2). Tes hasil belajar berupa ranah kognitif saja; dan (3).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar untuk dijadikan analisis dibatasi
pada penerapan model inkuiri bebas yang dimodifikasi.
Perumusan
masalah didasari dari identifikasi dan pembatasan masalah maka penelitian ini
dirumuskan dalam pernyataan: “Bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar siswa siswa pada pokok bahasan gerak.” (Yusman, 2010). Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini menurut Yusman (2010) adalah untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan inkuiri pada hasil
belajar siswa.
Manfaat
Penelitian ini seperti dicatat oleh Yusman (2010) adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan input yang menjadi dasar
dalam proses pembelajaran bagi Pihak Sekolah agar menyarankan kepada guru-guru
untuk melakukan model dan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran.
2.
Sebagai input alternatif penggunaan
metode inkuiri bagi guru untuk menyusun rencana pembelajaran dalam mengajar
fisika sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menunjang
prestasinya.
3.
Sebagai input penolong bagi siswa untuk
meningkatkan pemahaman dan hasil belajarnya dalam materi pelajaran fisika.
4.
Sebagai informasi tentang pengaruh
penerapan model inkuiri terhadap hasil belajar siswa bagi peneliti.
III.
Analisis
Kajian Teori
Untuk menunjang penelitiannya, maka ada beberapa
kajian teori yang dicatat oleh Yusman (2010) dalam Sub-Bab II.1., yaitu mengenai
Deskripsi Teoritis. Yusman (2010) mendeskripsikan teori tentang model
pembelajaran, model pembelajaran inkuiri, metode pembelajaran konvensional,
hasil belajar fisika, dan materi ajar tentang gerak lurus. Kajian tentang model
pembelajaran inkuiri dijelaskan secara sub-sub bab menjadi pengertian,
pembagian, langkah-langkah pelaksanaan, dan keunggulan dan kelemahan inkuiri..
Adapun teori-teori yang digunakan oleh Yusman (2010)
dalam deskripsi teoritis ini adalah sebagai berikut:
1.
Teori Tentang Model.
Menurut Alberta (dalam Yusman, 2010)
-yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based
Learning. (Alberta Learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 2/7- model
adalah deskripsi atau representasi fisik yang meningkatkan pemahaman tentang
sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung.
2.
Teori Tentang Model Pembelajaran.
a. Menurut
Marsha (dalam Yusman, 2010) –yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Weil,
Marsha. Personal Models of Teaching,
(Prentice Hall, inc., Englewood Clifs, New Jersey) h.2- menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah pedoman dalam membentuk aktifitas pembelajaran serta
lingkungan.
b. Menurut
Syah (dalam Yusman, 2010) –yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Muhaibin
Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdkarya, 1997) h.189- menyatakan bahwa model pembelajaran adalah blue print dari mengajar yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dan
pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi hasil
belajar.
c. Menurut
Trianto (dalam Yusman, 2010) –yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.1- menyatakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran di kelas atau dalam
tutorial.
Trianto (dalam Yusman, 2010)
menyatakan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi
kriteria: Valid, Praktis, dan Efektif. Yusman, 2010, berlandaskan pada
deskripsi teoritis tentang model pembelajaran pun menyatakan hal senada yaitu
model pembelajaran pada dasarnya adalah suatu rencana atau pola pendekatan yang
mempunyai ciri-ciri khusus yang direkayasa untuk desain pembelajaran dalam
mencapai tujuan yang isinya meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran.
3.
Teori Tentang Model Pembelajaran Inkuiri
a. Senada
dengan materi kuliah: konstruktivisme yang dijelaskan oleh Dr. Bambang D.P.,
M.Pd.; Susilo –yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Susilo, Inquiry in English For Young Learness Class:
Enhancing Children’s Creativity and Critical Thinking. (Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran, ISSN 0215 9341, Februari 2004) h.35- (dalam Yusman, 2010) pun
menyatakan bahwa inkuiri merupakan sebuah model pembelajaran yang diambil dari
konsep teori konstruktivisme.
b. Menurut
Schmidt, 2003 –yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Herfis, “Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses
pada tanggal 29 Oktober 2009 dari http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html.-
(dalam Yusman, 2010) menyatakan bahwa inkuiri adalah proses memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau dengan eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan/rumusan
masalah dengan kemampuan berpikir kritis dan logis.
c. Alberta
-yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning.
(Alberta Learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 1/1- (dalam Yusman, 2010)
mendefinisikan inkuiri sebagai proses pembelajaran dimana siswa ikut terlibat
dalam proses tersebut, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan
kemudian membangun pemahaman baru, sehingga menjadi jawaban atas pertanyaan
siswa, dan mengembangkan solusi tersebut
untuk menguatkan suatu sudut pandang.
d. Teori
lain dikemukakan oleh National Science
Education Standards -yang dikutip sebagai catatan kaki dalam Diane Jass
Ketelhut, Inquiry Learning in Multi-User
Virtual Environments, (Harvard Graduate School of Education) h.1- (dalam
Yusman, 2010) memandang inkuiri dengan dua pendapat, yaitu: (1). Kemampuan
siswa mengembangkan rancangan dan melakukan investigasi ilmiah serta pemahaman
akan hakikat penemuan ilmiah dan (2). Strategi belajar mengajar yang menguasai
konsep ilmiah melalui investigasi.
Ada tiga (3) macam cara model
pembelajaran inkuiri menurut Sunand dan Trownbridge, 1973, yang dijelaskan
dalam pembagian inkuiri oleh Mulyasa (dalam Yusman, 2010), yaitu: (1). Inkuiri
Terpimpin (guide Inquiry), dengan
adanya pedoman mengenai cara penyusunan, pencatatan data, perencanaan, dan
perumusan masalah dibuat oleh guru untuk peserta didik sesuai kebutuhannya; (2).
Inkuiri Bebas (free inquiry), dengan
melibatkan peserta didik dalam suatu kelompok sesuai pembagian tugasnya untuk
melakukan penelitian bebas layaknya ilmuwan; dan (3). Inkuiri Bebas yang
dimodifikasi (modified free inquiry),
dengan guru memberikan masalah dan peserta didik diminta untuk memecahkan
masalah tersebut melalui observasi, eksplorasi, dan prosedur penelitian yang
diajarkan.
Langkah-langkah pelaksanaan inkuiri
menurut Gulo yang dikutip oleh Trianto (dalam Yusman, 2010) adalah sebagai
berikut:
a. Mengajukan
pertanyaan atau permasalahan.
Guru menulis masalah di papan tulis dan membimbing
siswa/kelompok untuk mampu mengidentifikasi masalah.
b. Merumuskan
hipotesis.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok dan
membimbing siswa/kelompok untuk memberikan pendapat dalam membentuk suatu
hipotesis relevan dan menjadi prioritas investigasi bersama.
c. Mengumpulkan
data.
Guru memberikan kesempatan dan membimbing
siswa/kelompok untuk menentukan dan mengurutkan langkah-langkah
percobaan/penyelesaian masalah yang sesuai dengan rumusan hipotesis.
d. Analisis
data.
Guru membimbing siswa/kelompok untuk menemukan
informasi dalam percobaan/penyelesaian masalah.
e. Membuat
kesimpulan.
Guru memberikan kesempatan kepada setiap
siswa/kelompok untuk memaparkan hasil pengolahan data dan menyimpulkannya.
Kelebihan dari model pembelajaran
inkuiri disimpulkan dari dua pernyataan menurut Amin, 1987, dan Roestiyah, 2008
(dalam Yusman, 2010) adalah:
a. Mendorong
siswa agar dapat berpikir dan bekerja atas inisiatif diri sendiri, bersikap
jujur, objektif, dan terbuka.
b. Menciptakan
suasana akademik yang merangsang belajar dan mendukung pembelajaran berpusat
pada siswa.
c. Membantu
siswa mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga siswa mengerti tentang
konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
d. Meningkatkan
harapan akan kesempatan siswa untuk mengembangkan ide agar dapat menyelesaikan
tugas dengan caranya sendiri, intuitif, belajar mandiri, dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
e. Mengembangkan
bakat atau kecakapan/keterampilan individual siswa secara optimal.
f. Memberikan
kepuasan hasil belajar siswa yang bersifat intrinsik.
g. Menghindari
gaya belajar menghafal yang biasa dilakukan siswa dan menggunakana ingatan dan
transfer pada situasi belajar yang lebih hidup.
h. Memberikan
waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun kekurangan model pembelajaran inkuiri menurut
Rostiyah dalam Yusman (2010), adalah:
a. Diperlukan
waktu yang banyak untuk menerapkan inkuiri sehingga sangat tidak sesuai bila
digunakan pada sekolah dengan sistem jadwal pembelajaran yang kaku.
b. Tidak
bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran.
c. Masih
banyak siswa lebih suka pada cara belajar tradisional.
d. Masih
banyak siswa yang tidak mau terlibat dalam proses berpikir didalam inkuiri.
Penelitian yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ade Yusman, S.Pd., ini tercatat ada dua (2)
dalam Yusman, 2010, yaitu: (1). Penelitian oleh Ade Nofi Lastari dengan judul
penelitian: “Pengaruh Metode Pembelajaran
Inkuiri terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa.” dan (2). Widyawati dengan
judul penelitian: “Pembelajaran
Konstekstual Berbasis Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.”
Kerangka pikir penelitian ini dalam
Yusman, 2010, berawal dari adanya masalah penelitian yang kemudian melalui
penerapan model inkuiri akan diketahui apakah terdapat kesesuaian antara kajian
teori dengan hasil penelitian. Jika iya, maka hasil penelitian telah sesuai
dengan kajian teori dan langkah selanjutnya adalah memberikan kesimpulan. Namun
jika tidak, maka hasil penelitian tidak sesuai dengan kajian teori dan langkah
selanjutnya adalah menganalisis lebih lanjut kemungkinan adanya kesalahan
prosedur penelitian dalam penerapan model inkuiri atau kemungkinan lainnya.
Hipotesis Nihil dari penelitian ini
adalah tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri padas siswa. Hal ini
berarti diperoleh hasil yang sama saja antara penerapan model inkuiri dengan
konvensional. Sedangkan, hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri pada siswa. Hal ini berarti sebaliknya
dengan hipotesis nihil, dimana hasil belajar siswa dengan model inkuiri
diperoleh lebih besar dari model konvensional.
IV.
Analisis
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah perbandingan dari hasil
belajar yang terdapat pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas control.
Kelas eksperimen adalah siswa kelas X MM 1 dan kelas control adalah siswa kelas
X MM 2. Kelas eksperimen adalah kelas yang akan diajar dengan menggunakan model
inkuiri dan kelas control akan diajar secara konvensional.
Berdasarkan data pretest diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pretest
No.
|
Hasil
Pretest
|
Kelas
Eksperimen
|
Kelas
Kontrol
|
1
|
Nilai Terendah
|
20
|
15
|
2
|
Nilai
Tertinggi
|
40
|
40
|
3
|
Nilai
Rata-Rata Kelas
|
42,6
|
42,7
|
4
|
Persentase
Nilai diatas Nilai Rata-Rata
|
55%
|
47,5
|
5
|
Persentase
Nilai dibawah Nilai Rata-Rata
|
45%
|
52,5%
|
Berdasarkan data posttest diperoleh sebagai berikut:
Tabel 2. Perbandingan Hasil Posttest
No.
|
Hasil
Pretest
|
Kelas
Eksperimen
|
Kelas
Kontrol
|
1
|
Nilai Terendah
|
40
|
35
|
2
|
Nilai
Tertinggi
|
75
|
70
|
3
|
Nilai
Rata-Rata Kelas
|
59
|
53,7
|
4
|
Persentase
Nilai diatas Nilai Rata-Rata
|
50%
|
45,16
|
5
|
Persentase
Nilai dibawah Nilai Rata-Rata
|
50%
|
54,84%
|
Dari
analisis hasil penelitian melalui Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa hasil penelitian
Yusman, 2010, membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada kedua kelas tersebut
mengalami peningkatan. Namun, dapat diamati bahwa kelas eksperimen mengalami
peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Setelah itu dilakukan pengujian
persyaratan analisis data sebelum dilakukan uji analisis data, seperti: Uji
Normalitas dan Uji Homogenitas. Dari hasil uji normalitas diperoleh bahwa kedua
data berdistribusi normal (Yusman, 2010). Hasil uji homogenitas penelitian ini
menyatakan bahwa kedua data homogeny (Yusman, 2010). Karena uji persyaratan
analisis data menghasilkan distribusi normal dan homogen maka dalam Yusman,
2010, digunakan rumus uji t untuk analisis data atau hipotesisnya. Hasil uji
analisisnya adalah menerima data hipotesis alternatif dan menolak hipotesis
nihil. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
Dari Tabel 4.4. pada penelitian yang
dilakukan Yusman, 2010, menunjukkan bahwa 70,31% jumlah indikator yang
tercapai, diperoleh dari hasil observasi. Indikator yang dilakukan dalam
observasi tersebut meliputi: 12 Indikator Orientasi Siswa pada Masalah, 8
Indikator Mengorganisasikan siswa untuk belajar, 20 Indikator Membimbing
Penyelidikan Individu maupun Kelompok, 12 Indikator Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, dan 12 Indikator Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh
Yusman, 2010, terbagi kedalam lima (5) pertemuan. Pertemuan pertama untuk
meneliti kemampuan siswa melalui pretest. Pertemuan kedua, ketiga, keempat,
kelima menerapkan proses pembelajaran inkuiri, posttest, dan melakukan
observasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Yusman, 2010). Dalam saran di akhir bab
V. Penutup, Yusman (2010), menekankan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dan jika di masa mendatang akan dilakukan penelitian inkuiri kembali maka
sebaiknya siswa dibiasakan terlebih dahulu dengan model pembelajaran inkuiri.
V.
Referensi
Yusman, A. 2010. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Pada Pokok Bahasan Gerak (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMK Bakti Idhata
Cilandak, Jakarta Selatan)”. Jakarta: Program Studi Pendidikan Fisika,
Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Diambil
dari:
Diambil
Tanggal: 2 Oktober 2013
-M-
Langganan:
Postingan (Atom)